"SUGENG RAWUH"
...Selamat datang, semoga catatan ini menginspirasi Anda

Jumat, 22 April 2011

Kekurangan bukanlah fokus utama, kenapa harus dipermasalahkan?


Setiap orang mampu menjadi pengajar, apapun embel-embelnya. Tidak dengan pendidik, butuh orang yang berdedikasi, bermain dengan kreasi, namun harus mampu menjadikan anak didik dari ketidakmampuannya menjadi mampu, dari kemampuannya menjadi lebih mampu dan mampu memahami kemampuannya.
Seperti makan buah apel setengah busuk, jika ingin mendapatkan bagian yang masih segar, buang bagian yang busuk. Begitu pula dalam mendidik, setiap anak didik mempunyai kemampuan yang beragam. Butuh kerja keras untuk membuang ketidakmampuan dari anak didik dan hanya kemampuannya yang berpotensi saja yang harus dikembangkan. Dewasa ini, dalam mendidik tidak perlu adanya kekerasan, baik dalam tindakan maupun bertutur kata. Beberapa diantara kita mungkin sedikit sulit untuk mengeluarkan kata-kata pujian. Bahkan sebagian dari kita lebih mudah untuk memperolok daripada memuji. Tetapi ternyata ini pun terasa asing di dalam dunia pendidikan, sebagai calon pendidik, kita selayaknya mampu membawa peserta didik untuk lebih mengoptimalkan hasil belajar mereka, membuat keadaan mereka yang awalnya tidak bernilai menjadi bernilai. Bukan malah kebalikannya. Dunia pendidikan perlu adanya pendidik yang mampu memotivasi peserta didik untuk lebih berpandangan luas dalam belajar. Bukan membebani mereka dengan sikap kita yang semena-mena, ditambah dengan emosi yang kadang tidak terkontrol, meskipun kita adalah seorang pendidik.
Di setiap diri seorang anak terdapat sisi gelap dan sisi terang. Kita tidak perlu menilai mereka berdasarkan sisi gelapnya. Kita hanya perlu mencari sisi terangnya, dengan demikian hanya kebaikan yang akan muncul nantinya.
Dalam perkembangannya, guru yang baik bukan guru yang sangat pintar, bukan guru yang membanggakan nilai pelajaran saat masih sekolah dulu didepan anak didiknya, bukan guru yang tampan ataupun cantik, bukan guru killer, bukan guru yang selalu memberi tugas. Tetapi guru yang bisa merangkap menjadi teman, yang mampu memahami kepribadian anak didiknya, yang mampu merubah pola tingkah laku dan pemahaman anak didik dalam belajar. Disamping itu, anak didik kita perlu teman bicara, disaat ketidakmampuannya diuji dalam belajar, disaat ada masalah sehingga anak didik tidak konsen dalam belajar, disitulah kita ada untuk membantunya.
Tidak sulit untuk itu, setiap orang, khususnya para pendidik harus mempunyai kunci untuk berinteraksi dengan anak didik. Kuncinya yakni dengan fokus pada bakat yang dimiliki anak didik, bukan pada kekurangan mereka. Seperti halnya motivasi, pujian terhadap anak didik juga merupakan faktor penentu kesuksesan anak dimasa mendatang. Dengan memberi dukungan dan pujian, seperti “hasil ujian kalian bagus, ditingkatkan terus ya, semangat!!”, dengan kata-kata sesederhana itu, kita mampu membantu anak didik untuk melewati rintangan yang dirasa berat.
Pada dasarnya semua orang butuh pujian, termasuk anak didik kita nantinya, untuk sekedar memberi pujian kenapa kita sering ragu melakukannya? Cobalah memberikan banyak pujian, lihatlah sisi baik anak didik kita. Apakah itu sulit?.
Semua anak punya impian dan dari impian datang harapan, dengan impian ada kekuatan, impian menyinari hatimu, menerangi seluruh duniamu, membimbingmu kejalan yang benar, memberi keberanian untuk melangkah maju. Disinilah tugas pendidik yang sebenarnya yakni membuat harapan anak didik terhadap impian, bukan hanya sekedar harapan.
Pengakuan terhadap seseorang adalah sumber kekuatan. Keajaiban akan muncul dari sepatah kata yang sederhana, ekspresi atau ungkapan kasih sayang sekecil apapun. Kita tidak pernah tahu apa yang bisa kita ubah. dbell