"SUGENG RAWUH"
...Selamat datang, semoga catatan ini menginspirasi Anda

Jumat, 23 Desember 2011

Every person capable of being a teacher, whatever appendage-embelnya. Not with educators, need dedicated people, playing with the creation, but must be able to make the protege of his inability to be able, from its ability to become more capable and able to understand its capabilities.
Like the half-rotten apples to eat, if you want to get the parts that are still fresh, remove the rotten parts. Similarly, in educating, every child has the ability of diverse learners. It takes hard work to dispose of the inability of the protege and the only ability that potentially needs to be developed. Today, in educating no need for violence, whether in action or spoken word. Some of you may be a little difficult to issue words of praise. Even some of us easier to mock than praise. But it is also felt strange in the world of education, as a prospective educators, we should be able to bring learners to further optimize the results of their study, they make things that were not initially be worth worth. Not the opposite. The education needs of educators who are able to motivate learners to be more broad-minded in learning. Not burden them with our attitudes arbitrary, coupled with a sometimes uncontrollable emotions, even though we are an educator.
In every person of a child there is the dark side and light side. We do not need to judge them based on the dark side. We just need to look on the bright side, thus the only good that will come later.
During its development, a good teacher not a teacher who is very smart, not a teacher who prides value as a school lesson in front of their students, not teachers are handsome or beautiful, not the teacher killer, not the teacher who always gave the task. But teachers who can concurrently be a friend, who is able to understand the personality of their students, who are able to change patterns of behavior and understanding of students in learning. In addition, our students need to talk, when his inability to be tested in the study, when there is a problem that students are not concerned in learning, that is where we are there to help.
Not hard for it, everyone, especially educators must have the key to interacting with students. The key that is to focus on students' talents, not on their shortcomings. As with motivation, praise of students is also an important determinant of children's success in the future. By giving support and praise, as "good your examination results, continue to be improved, yes, the spirit!", With words as simple as that, we are able to assist students to pass the obstacles that feels heavy.
Basically everyone needs praise, including our students would be, to simply give a compliment why we often hesitate to do it? Try to give lots of praise, look at the good side of our students. Is it difficult?.
All children have dreams and hopes come from dreams, with dreams there is strength, dreams illuminate your heart, illuminating the entire world, which leads you right down the road, giving courage to move forward. Here is the actual task of making educators hope their students to dream, not just a hope.
Recognition of a person is a source of strength. Wonders will emerge from a simple word, expression or expression of affection no matter how small. We never know what we can change.

Jumat, 02 Desember 2011

Peneliti: Penyebaran AIDS Bergeser Ibu Rumah Tangga


Yogyakarta (ANTARA) - Tren penyebaran HIV dan AIDS saat ini bergeser ke ibu-ibu rumah tangga, karena jumlah mereka yang terjangkit penyakit ini relatif cukup banyak, kata peneliti dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tri Hastuti.
"Hasil penelitian yang saya lakukan memunculkan angka yang cukup banyak terkait AIDS di kalangan ibu rumah tangga. Di Solo, Jawa Tengah, setiap bulan bisa ditemukan 10-30 kasus AIDS di kalangan ibu rumah tangga," katanya dalam diskusi HIV dan AIDS di Yogyakarta, Jumat.
Selain itu, menurut dia, per Juni 2011 sebanyak 216 kasus HIV dan AIDS yang ditemukan di Kendal, Jawa Tengah, sebanyak 18 persen di antaranya adalah ibu rumah tangga.
"Hal itu tentu saja memprihatinkan karena selama ini masyarakat secara umum menganggap bahwa yang berisiko tinggi terkena AIDS adalah kelompok sopir, tuna susila, dan pengguna narkoba jenis suntik," katanya.
Ia mengatakan banyaknya jumlah ibu rumah tangga yang terjangkit AIDS itu di antaranya dipengaruhi oleh budaya yang ada. Para perempuan khususnya ibu rumah tangga sering tidak berani bicara kepada suami untuk menggunakan kondom saat berhubungan badan.
"Dalam budaya Indonesia, perempuan adalah pihak yang diwajibkan untuk melayani dan menurut, sehingga mereka cenderung tidak berani untuk meminta suaminya menggunakan kondom saat berhubungan badan," kata aktivis kesetaraan gender ini

Menurut dia, kondisi tersebut menyebabkan ibu rumah tangga yang notabene seorang istri yang memiliki hubungan langsung dengan suami juga memiliki risiko tinggi terkena AIDS.
"Jika suaminya masuk dalam kelompok berisiko tinggi terkena AIDS, sebenarnya istrinya juga memiliki risiko itu," kata dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik (Fisipol) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu.
Berkaitan dengan hal tersebut, kata dia, di kalangan ibu rumah tangga harus dibangun kesadaran untuk membentuk hubungan yang lebih setara dengan suami.
Menurut dia, hal itu penting karena seorang ibu rumah tangga harus sadar bahwa jika dirinya terjangkit AIDS, maka anaknya juga berisiko terkena penyakit tersebut.
"Jadi, ibu rumah tangga harus berani untuk meminta para suami menggunakan alat pengaman seperti kondom saat melakukan hubungan badan," kata Hastuti.
http://id.berita.yahoo.com/foto/peneliti-penyebaran-aids-bergeser-ibu-rumah-tangga-foto-151221461.html

"Birthday"

mengintip hari kamis lalu (1/12), tidak ada yang special. Itu hanya berupa penanggalan biasa bagimu, tapi aku lahir ditanggal itu, dengan peluh ibuku, dengan erangan nafas yang kian menipis, membuat ibuku selalu mengingat saat itu, saat penuh pengorbanan. Tahun ini, ingatan itu kembali terlihat jelas, saat aku mulai mengeluh dengan sakit yang aku derita, tepat di hari jadiku, alhamdulillah. Tidak ada yang banyak tahu tentang hal ini, semua euforia teman memberi ucapan dan doa untukku seorang merupakan obat yang teramat manjur kini, semangat pertemanan yang selalu kudapati dari teman disekitarku, baru maupun yang sudah bertahun-tahun disamping, semua ini menjadi amat menyegarkan pikiranku. Orang tuaku yang mungkin sedikit lupa pada tanggal, tetapi tidak pada esensi kelahiran itu sendiri, kini mulai kumaklumi. Usia yang sudah beranjak merapat cepat 23 tahun ini, mungkin akan membuat kalian (yang membaca) sedikit tertekan. Tapi aku masih semester 5, masih amat jauh untuk berbicara tertekan, memulai perkuliahan dengan start yang terlampau jauh, tidak membuatku putus dan stagnasi ditengah jalan. Orang tuaku selalu berpikir, ini adalah jalan yang terbaik. Setidaknya aku merasakan ada hal-hal yang memang jika aku berada 2 tahun didepan, tentu aku tidak akan bertemu dengan wajah-wajah temanku saat ini, bergumul dengan suatu perhimpunan yang mungkin saja tidak akan aku temui jika aku berada di depan 2 tahun. Melihat ekspresi kawan dengan jenakanya dan keimutan mereka, mengenal sosok mereka, bersama-sama mengukur jalanan pendidikan dengan satu tujuan, sungguh bukan pengalaman yang pantas untuk dilewatkan. Setidaknya aku mulai memahami hikmah ini, dan akan terus aku gunakan sebagai penyemangat jiwa.
Terima kasih, atas kalian teman-temanku di tempatku menempa ilmuku saat ini, masih mau untuk berbagi suka dan duka.
Terima kasih, sahabatku, dengan tikungan jalan yang semakin melebar, tetapi tidak melebar pada persahabatan kita yang senantiasa hangat dan mendekap, selalu bersama meskipun kita tak pernah bisa dalam satu waktu.
Terima kasih, untuk kawan-kawan perhimpunan yang telah membuat duniaku menjadi pelangi, dengan banyak warna merah disini, aku selalu bersemangat dimanapun dan kapanpun itu.
Terima kasih, teruntuk orang terkasih, yang mungkin mengasihiku dari jauh, atau malah aku yang selalu meminta Allah swt untuk mendekatkannya padaku, disetiap malam.
Terima kasih, buat Ibu dan Bapak, yang tidak pernah lupa mendoakan anak-anaknya, semooga aku menjadi anak yang dapat berguna bagi semuanya, menjadi pengingat disaat lilin kecil kehidupan meredup, memberi cahaya bagi kegelapan pemikiran, menjadi gaya baru bagi tatanan hidup dimasa kini dan nanti, untuk selalu berjibaku dalam keluarga yang elegan dan harmonis menurut pengertianku.
Sungguh, kesan dan semua angan yang teringat, hanya pada kalian, semoga ini membuatku lebih memaknai diri untuk membuat perubahan ke arah lebih baik lagi, amin. :)