"SUGENG RAWUH"
...Selamat datang, semoga catatan ini menginspirasi Anda

Jumat, 23 Desember 2011

Every person capable of being a teacher, whatever appendage-embelnya. Not with educators, need dedicated people, playing with the creation, but must be able to make the protege of his inability to be able, from its ability to become more capable and able to understand its capabilities.
Like the half-rotten apples to eat, if you want to get the parts that are still fresh, remove the rotten parts. Similarly, in educating, every child has the ability of diverse learners. It takes hard work to dispose of the inability of the protege and the only ability that potentially needs to be developed. Today, in educating no need for violence, whether in action or spoken word. Some of you may be a little difficult to issue words of praise. Even some of us easier to mock than praise. But it is also felt strange in the world of education, as a prospective educators, we should be able to bring learners to further optimize the results of their study, they make things that were not initially be worth worth. Not the opposite. The education needs of educators who are able to motivate learners to be more broad-minded in learning. Not burden them with our attitudes arbitrary, coupled with a sometimes uncontrollable emotions, even though we are an educator.
In every person of a child there is the dark side and light side. We do not need to judge them based on the dark side. We just need to look on the bright side, thus the only good that will come later.
During its development, a good teacher not a teacher who is very smart, not a teacher who prides value as a school lesson in front of their students, not teachers are handsome or beautiful, not the teacher killer, not the teacher who always gave the task. But teachers who can concurrently be a friend, who is able to understand the personality of their students, who are able to change patterns of behavior and understanding of students in learning. In addition, our students need to talk, when his inability to be tested in the study, when there is a problem that students are not concerned in learning, that is where we are there to help.
Not hard for it, everyone, especially educators must have the key to interacting with students. The key that is to focus on students' talents, not on their shortcomings. As with motivation, praise of students is also an important determinant of children's success in the future. By giving support and praise, as "good your examination results, continue to be improved, yes, the spirit!", With words as simple as that, we are able to assist students to pass the obstacles that feels heavy.
Basically everyone needs praise, including our students would be, to simply give a compliment why we often hesitate to do it? Try to give lots of praise, look at the good side of our students. Is it difficult?.
All children have dreams and hopes come from dreams, with dreams there is strength, dreams illuminate your heart, illuminating the entire world, which leads you right down the road, giving courage to move forward. Here is the actual task of making educators hope their students to dream, not just a hope.
Recognition of a person is a source of strength. Wonders will emerge from a simple word, expression or expression of affection no matter how small. We never know what we can change.

Jumat, 02 Desember 2011

Peneliti: Penyebaran AIDS Bergeser Ibu Rumah Tangga


Yogyakarta (ANTARA) - Tren penyebaran HIV dan AIDS saat ini bergeser ke ibu-ibu rumah tangga, karena jumlah mereka yang terjangkit penyakit ini relatif cukup banyak, kata peneliti dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tri Hastuti.
"Hasil penelitian yang saya lakukan memunculkan angka yang cukup banyak terkait AIDS di kalangan ibu rumah tangga. Di Solo, Jawa Tengah, setiap bulan bisa ditemukan 10-30 kasus AIDS di kalangan ibu rumah tangga," katanya dalam diskusi HIV dan AIDS di Yogyakarta, Jumat.
Selain itu, menurut dia, per Juni 2011 sebanyak 216 kasus HIV dan AIDS yang ditemukan di Kendal, Jawa Tengah, sebanyak 18 persen di antaranya adalah ibu rumah tangga.
"Hal itu tentu saja memprihatinkan karena selama ini masyarakat secara umum menganggap bahwa yang berisiko tinggi terkena AIDS adalah kelompok sopir, tuna susila, dan pengguna narkoba jenis suntik," katanya.
Ia mengatakan banyaknya jumlah ibu rumah tangga yang terjangkit AIDS itu di antaranya dipengaruhi oleh budaya yang ada. Para perempuan khususnya ibu rumah tangga sering tidak berani bicara kepada suami untuk menggunakan kondom saat berhubungan badan.
"Dalam budaya Indonesia, perempuan adalah pihak yang diwajibkan untuk melayani dan menurut, sehingga mereka cenderung tidak berani untuk meminta suaminya menggunakan kondom saat berhubungan badan," kata aktivis kesetaraan gender ini

Menurut dia, kondisi tersebut menyebabkan ibu rumah tangga yang notabene seorang istri yang memiliki hubungan langsung dengan suami juga memiliki risiko tinggi terkena AIDS.
"Jika suaminya masuk dalam kelompok berisiko tinggi terkena AIDS, sebenarnya istrinya juga memiliki risiko itu," kata dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik (Fisipol) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu.
Berkaitan dengan hal tersebut, kata dia, di kalangan ibu rumah tangga harus dibangun kesadaran untuk membentuk hubungan yang lebih setara dengan suami.
Menurut dia, hal itu penting karena seorang ibu rumah tangga harus sadar bahwa jika dirinya terjangkit AIDS, maka anaknya juga berisiko terkena penyakit tersebut.
"Jadi, ibu rumah tangga harus berani untuk meminta para suami menggunakan alat pengaman seperti kondom saat melakukan hubungan badan," kata Hastuti.
http://id.berita.yahoo.com/foto/peneliti-penyebaran-aids-bergeser-ibu-rumah-tangga-foto-151221461.html

"Birthday"

mengintip hari kamis lalu (1/12), tidak ada yang special. Itu hanya berupa penanggalan biasa bagimu, tapi aku lahir ditanggal itu, dengan peluh ibuku, dengan erangan nafas yang kian menipis, membuat ibuku selalu mengingat saat itu, saat penuh pengorbanan. Tahun ini, ingatan itu kembali terlihat jelas, saat aku mulai mengeluh dengan sakit yang aku derita, tepat di hari jadiku, alhamdulillah. Tidak ada yang banyak tahu tentang hal ini, semua euforia teman memberi ucapan dan doa untukku seorang merupakan obat yang teramat manjur kini, semangat pertemanan yang selalu kudapati dari teman disekitarku, baru maupun yang sudah bertahun-tahun disamping, semua ini menjadi amat menyegarkan pikiranku. Orang tuaku yang mungkin sedikit lupa pada tanggal, tetapi tidak pada esensi kelahiran itu sendiri, kini mulai kumaklumi. Usia yang sudah beranjak merapat cepat 23 tahun ini, mungkin akan membuat kalian (yang membaca) sedikit tertekan. Tapi aku masih semester 5, masih amat jauh untuk berbicara tertekan, memulai perkuliahan dengan start yang terlampau jauh, tidak membuatku putus dan stagnasi ditengah jalan. Orang tuaku selalu berpikir, ini adalah jalan yang terbaik. Setidaknya aku merasakan ada hal-hal yang memang jika aku berada 2 tahun didepan, tentu aku tidak akan bertemu dengan wajah-wajah temanku saat ini, bergumul dengan suatu perhimpunan yang mungkin saja tidak akan aku temui jika aku berada di depan 2 tahun. Melihat ekspresi kawan dengan jenakanya dan keimutan mereka, mengenal sosok mereka, bersama-sama mengukur jalanan pendidikan dengan satu tujuan, sungguh bukan pengalaman yang pantas untuk dilewatkan. Setidaknya aku mulai memahami hikmah ini, dan akan terus aku gunakan sebagai penyemangat jiwa.
Terima kasih, atas kalian teman-temanku di tempatku menempa ilmuku saat ini, masih mau untuk berbagi suka dan duka.
Terima kasih, sahabatku, dengan tikungan jalan yang semakin melebar, tetapi tidak melebar pada persahabatan kita yang senantiasa hangat dan mendekap, selalu bersama meskipun kita tak pernah bisa dalam satu waktu.
Terima kasih, untuk kawan-kawan perhimpunan yang telah membuat duniaku menjadi pelangi, dengan banyak warna merah disini, aku selalu bersemangat dimanapun dan kapanpun itu.
Terima kasih, teruntuk orang terkasih, yang mungkin mengasihiku dari jauh, atau malah aku yang selalu meminta Allah swt untuk mendekatkannya padaku, disetiap malam.
Terima kasih, buat Ibu dan Bapak, yang tidak pernah lupa mendoakan anak-anaknya, semooga aku menjadi anak yang dapat berguna bagi semuanya, menjadi pengingat disaat lilin kecil kehidupan meredup, memberi cahaya bagi kegelapan pemikiran, menjadi gaya baru bagi tatanan hidup dimasa kini dan nanti, untuk selalu berjibaku dalam keluarga yang elegan dan harmonis menurut pengertianku.
Sungguh, kesan dan semua angan yang teringat, hanya pada kalian, semoga ini membuatku lebih memaknai diri untuk membuat perubahan ke arah lebih baik lagi, amin. :)

Minggu, 11 September 2011

Kau Masih Sahabatku


Teruntuk sahabat terindahku,

Kamu baik dan terdiam diantara yang lain

Dimulai tahun 2004, aku sedikit mengenalmu, kita tidak terlalu berdekatan, hanya sekilas lihat-lihatan, tapi di masa SMA, saat itu kelas 2 SMA, aku mulai bisa melihat keadaanmu meskipun itu masih terlihat samar untukku, dan kau pun bisa melihat caraku berteman denganmu dan dengan teman yang lainnya.
Saat itu, kita yang hanya mempunyai otak encer tapi tak secemerlang para petinggi kelas kita, dan karena itu pula kita semakin dekat, karena persamaan kita.
Aku tau, perbedaan kita akan fisik, psikis dan kepribadian jauh sangat. Namun, inilah faktor utama, kita berteman, sahabatku.
Setelah lulus SMA pun kita masih keep contact karena kita berada dalam satu kota yang sama, itu akan sangat mudah untuk bertemu, walau dulu aku sempat meninggalkanmu di kota ini, dan selama hampir dua tahun, kita tak bertemu, tapi aku ingat jalinan cerita kita masih tersambung dengan informasi tercanggih saat itu, telepon dan sms.
Saat aku pindah rumah, dan kembali ke kota ini, kau pun masih sering mampir kerumahku meski sekadar duduk dan melepas penat karena pkerjaanmu, dan keseringan aku juga yang merepotkanmu, mengharuskan kau datang kerumahku.
Masih terdengar jelas di kuping tebalku, dan teringat jelas apa yang terucap oleh suara sumbang yang berasal dari nomer teleponmu. Aku kecewa, suara itu atau karena itu bukan suaramu seperti mencekikku, kenapa bukan kau yang berucap, menjelaskan apa adanya, membeberkan berita bahagiamu, dan kau juga boleh berbicara gamblang atas hatimu padaku, tapi kenapa mesti suara orang lain yang kudengar, yang amat asing.
Maafkan aku, sahabatku, kau mesti paham akan sikapku, yang cenderung berbicara seadanya, tak dikurangi dan terlalu sering ditambah, kau tahu itu. Tapi aku bukan orang yang dengan sengaja, bilang semua tentang dirimu atau diri lain dari para sahabatku, aku tidak begitu.
Mungkin aku cerewet, ember bocor, panci borot atau apalah sesukamu, untuk sahabatku aku sangat tahu apa yang boleh diutarakan, diberitakan, dan apa yang haram untuk diperbincangkan.
Apa kau lupa akan hal itu?
Memang aku akui kita tak lagi intens seperti dulu, kau punya dunia kerja dengan berbagai kegiatan yang menyita waktu, dan aku sebagai pengacara (pengangguran banyak acara), kita tak lagi bertemu untuk sekedar makan baksonya pak Lan, seperti dulu, cerita tentang kerjaanmu dan kuliahku.
Itu sudah tidak kita nikmati mulai dua tahun kemarin. Entah apa yang membuatmu berpikir bahwa aku tak lagi bisa menjadi tempatmu berkeluh kesah dan tertawa lebar.
Apa karena aku berteman dengan mantan pacarmu itu?
Jangan salah sangka sahabat terbaikku, aku sahabatmu, dia (mantammu) temanku, tak pernah sedikit pun aku berbicara dengan mantanmu tentang hidupmu yang kau utarakan padaku, tidak bukan itu, kami hanya berteman tanpa aku mau merelakanmu untuk pergi dariku dengan berbicara ngawur tentangmu.
Kau masih sahabatku, sampai kapanpun itu.
Aku ingin tidak ada sekat lagi bagi kita untuk berbagi.
Setidaknya aku sangat bahagia kini, kau telah menemukan pendamping, semoga segala urusanmu lancar, dan dapat membina keluarga yang diridhai Allah SWT.
Dan hingga saat ini, hanya doa yang mampu aku persembahkan untukmu.
Aku menyayangimu,
Kau masih sahabatku, sampai kapanpun itu

Koordinasi Pendidikan dan Lingkungan Hidup

Suatu proses pendidikan pada dasarnya menekankan pembelajaran yang memberikan pandangan kreatif terhadap anak didik sehingga mampu mengolah hasil dari kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien. Dalam pelaksanaannya, pendidikan yang ada di masa sekarang hanya terpaku pada suatu objek yang dapat digunakan untuk membantu mencari informasi, mampu beradaptasi dengan teknologi, dan proses belajar yang monoton (pembelajaran di dalam kelas). Tetapi dengan pembelajaran seperti di atas, hanya dapat mengembangkan sikap berpikir tanpa mampu melihat secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Perlu adanya suatu wawasan untuk menunjang pendidikan agar lebih dapat menanamkan arti pendidikan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan mahkluk hidup di sekitarnya. Tidak berlebihan jika pendidikan yang telah ada di masyarakat merupakan suatu hasil dari lingkungan sekitar. Dengan adanya pemakaian peralatan sekolah yang berasal dari kayu atau pohon, seperti papan tulis, kertas, meja kursi dan alat bantu belajar. Ini membuktikan lingkungan bukan hanya sebagai dasar pembelajaran yang ada, tetapi lingkungan juga telah melebur dalam proses ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengan lebih menekankan hal di atas, sekarang dapat kita ketahui adanya pendidikan lingkungan hidup (PLH) di tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan umum sebagai suatu mata pelajaran dalam kurikulum yang ada. Adapun hal lain yang membantu pendidikan berwawasan lingkungan dapat diserap dengan baik oleh peserta didik, misalnya dalam proses pembelajaran, pendidik harus lebih memperhatikan koordinasi antara ilmu yang diberikan dan kenyataan di lapangan. Setidaknya pendidik lebih kreatif dalam menimbulkan ledakan-ledakan dalam proses pembelajaran yang ada, sehingga peserta didik mampu menangkap pembelajaran dengan lebih interaktif. Proses pembelajaran tidak hanya di dalam kelas semata, pembelajaran yang efektif yaitu pembelajaran yang memberikan pandangan berbeda, mampu berkomunikasi antara ilmu dengan hasil nyata serta dapat mengembangkan kreativitas para peserta didik. Pembelajaran sains misalnya bagaimana gaya gravitasi bumi mampu bekerja pada pohon apel?, dengan mengadakan penelitian secara langsung terhadap objek yang bersangkutan (pohon apel), peserta didik diharapkan mampu mengembangkan imajinasi yang ada dalam teks book dengan keadaan nyata, sehingga dapat menggetarkan insting ilmuwan dari peserta didik. Dalam sastra juga dapat terjadi, misalnya bagaimana mengubah puisi bertema laut menjadi prosa?, dengan mengajak peserta didik kembali ke alam, melihat keadaan laut secara nyata akan membangkitkan semangat para peserta didik. Lingkungan dan pendidikan pada dasarnya suatu keterikatan yang jika hanya menitikberatkan pada satu objek, akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam pola brpikir peserta didik. Banyak pemerhati yang telah menangkap ketimpangan tersebut dengan berbagai macam cara untuk dapat mengantisipasinya, salah satunya dengan adanya sekolah alam (kegitan outbound dan pendidikan dilakukan di alam terbuka), ini akan menciptakan skill-skill baru peserta didik seperti leadership, teamwork, menghormati sesama, menyayangi alam sekitar dan banyak lagi. (Eka)

Naulita Trysana Oktaviani

"hua hua hua, hu hu hu", Disetiap paginya terbangun karena suara tangisan yang amat menderu, sudah seperti jam weker jempolan. Belum membuka mata terlalu lebar, suara tangisan itu kian kencang. Dan aku berteriak, "aku sudah bangun, matikan jam wekernya!!!". Semprull, ada saja polah tingkah adikku yang membuat ibu geregetan. Pagi-pagi ngompol lah, langsung main kerumah tetangga padahal masih banyak tahi mata yang bergantung, belum lagi kalo waktu mandi pasti ada aja keusilannya yang buatku tak kuat menahan amarah. Semua di pagi hari amat sibuk, mempersiapkan kebutuhan masing-masing, berangkat ke kantor, kuliah, sekolah, namun adikku yang TK 0 kecil itu tetap saja termenung disudut ruang tamu, berpuluh-puluh airmata masih terlihat di pipi kecilnya. Mewek, kerjaan yang dilakukan tiap mata melek. Hari ini saja, jika dihitung dengan jari tangan, sudah melebihi batas, adikku menangis 15 kali sehari. Kalau ini sebuah undian berhadiah, sungguh menarik hati, tapi ini tangisan pilu, yang ada menyayat hati. Umurnya terhitung 4 tahun dari 2006 lalu, badannya tidak terlalu besar, kecil malah, tapi tingginnya boleh diadu, yang paling bandel ya keusilannya pada kakak-kakaknya. Selalu bikin marah meledak, membuat tangan selalu mendarat di bagian tubuhnya,,,habis kesel banget. Tidak sebatas itu, memang sih anak-anak pada umur 4 tahun dan masih dalam tahap praoperasional konkrit sukanya meniru, apa saja ditirunya, yang baik dan jelek sekalipun. Dalam peniruan yang dia lakukan ada hal-hal yang amat mengejutkan, dia hafal beberapa slogan iklan dan memperagakan model-model iklan cuma dia gak dapat honorarium dari iklan yang ditirukan, hehe. Ada satu hal lagi, dia sulit banget kalau disuruh makan, ada aja alasannya untuk tidak mau melahap makanan yang paling enak menurutku. "Ini anak, sukanya makan apa yah?", makan angin kali, dia betah gak makan sampai dua-tiga hari, tapi tetap kebutuhan akan susu masih terus di dopping, ya itulah cuma susu yang bisa masuk sebagai asupan sehari-hari. Itu pula yang membuat ibuku uring-uringan, semua makanan gak pernah masuk, tapi kalau pas aku kebagian yang menyuapinya akan aku tangani dengan caraku, mengunci pintu, duduk didepannya, dan bertanya "dik, mau ikut ke Alfamart gak? nanti beli ice krim, tapi sekarang makan dulu yah? janji, oke". "Oke, beli yang banyak ya mbak". "Sipp"

Senin, 29 Agustus 2011

Kamu, IBU

Merintik airmata ibu di mata batinku,
saat aku mendapat keberhasilan, mendapat kesedihan
Mengulir segala memoar ibu yang selalu ada di setiap nafasku,
tangis, resah dan gelisah saat melihat ibu yang kini kian menua
Memandang paras yang begitu indah, tak peduli dengan keadaan diri
hanya anak-anaknya yang ada dipikiran ibu saat dulu, kini dan nanti
Aku anak durhaka, membuat amarah ibu membuncah, menebalkan urat kedengkian yang menjurus pada nafsu kekerasan
Bukan ini sosok ibuku yang sebenarnya, tapi ini adalah sebuah kasih yang tak pernah dapat ku lupa, atas sosokmu ibu
Maafkan anakmu, yang tetap berdiri diatas keangkuhanku, tak mengenali lagi benar dan salah yang tersaji
Maafkan anakmu, perempuan ini masih dengan kasih sayang luar biasa seperti pupuk yang setia pada tanaman
Tetaplah ajari aku untuk melakukan segala sesuatunya dengan dasar cinta, seperti yang kau lakukan padaku

Jumat, 26 Agustus 2011

ADIL, sesuatu yang amat menyulitkanku

Posisiku bukan sebagai "leader" hanya pemain belakang semata, dari para "leader" aku diharapkan untuk mengikuti apa mau mereka, meski aku sampai saat ini berusaha untuk menyanggupinya.
Tak berdaya, akan kata dan amarah, yang ada hanya "manut", aku sendiri sadar mereka seperti itu bukan untuk membuatku bingung atau membuat aku gerah dan akhirnya melarikan diri. Tapi itulah yang tidak disadari oleh para "leader" itu, dengan sikap dan sifat mereka yang ada aku semakin stress menghadapinya, dan sepertinya mereka tidak pernah tahu hal ini atau tak ingin tahu. Sungguh tega, memang. Tapi aku juga sangat tega, jika beranggapan seperti itu. Mungkin semua yang mereka lakukan padaku, entah mengekangku atau mambuat aku bingung, mereka selalu bilang ini untuk kebaikanku,,,tapi kebaikan dari sisi yang mana?? beritahu aku, sisi mana, jelas aku sendiri tak bisa melihat kebaikan itu karena yang ada hanya dua persimpangan pemikiran semata. Dan aku berada sebagai lampu yang berdiri melengkung di tengah persimpangan itu. Sampai kapan, aku berdiri disana, aku ingin beranjak pergi meski itu tak memilih untuk berjalan ke salah satu persimpangan yang ada didekatku, aku tak mau bukan berarti aku tak sayang mereka, tapi jika aku memilih akan ada ketidakadilan nantinya, sebenarnya pilihan yang akan nampak indah yaitu dengan memilih keduanya, namun semua itu amat sulit terealisasi. Inilah sebuah keadilan yang nampak jelas di atas ketidakjelasan perasaanku....

Senin, 22 Agustus 2011

Bawalah Aku Selagi Kau bisa

“ Teng… teng… teng… “ bel sekolah yang berbunyi dengan bangga walau umurnya sudah tak layak tuk dibanggakan. “ Alamak… Za, kau baru tahu kalau Danan sakit. Emm, aku curiga sakitnya Danan itu karena kamu, he… he… he… “, ejek Rama. “ Ram, aku nggak masalah kalau kamu suka iseng. But, jangan asal nuduh gitu donk… gini-gini juga aku gak bakal bisa buat Danan sakit tau “, jelas Zaky menanggapi tuduhan Rama. Di sudut koridor utara dekat dengan tempat dua sahabat itu bicara, aku hanya mampu menguping akan apa yang mereka bicarakan tanpa mampu lakukan sesuatu. Mungkin air langit yang jatuh saat ini yang mampu mewakili perasaanku….
“ Eh…. Za, itu ada apa kok anak-anak heboh banget “, suara Rama membangunkan lamunan Zaky dan diriku. “ Hush… bisa pelan dikit gak sih!!! Anak-anak pasti lagi liat mading, kan kemarin ada acara amal gitu, so…. “
“ Mending lihat aja yuk !! “, potong Rama sambil menarik Zaky lari menuju kerumunan di depan mading.

“ Whoey… nenk, kamu jadi ikut loncat indah gak? Sayang kan kalau pertandingan buat amal itu kamu sia-siakan… “, Tanya vivi dengan antusias. “ Sebenarnya aku juga ingin sih, tapi aku gak bisa tenang kalau Danan malah gak bisa ikut tanding basket kesukaannya itu… “, ucapku sambil menahan isak.
“ Udahlah… yang aku tahu Danan itu gak bakal nyerah hanya karena sakit… “, saran vivi.
“ Humf… aku hanya takut, Vi ”.

Siang ini terlalu menyengat hingga pori-pori di tubuhku tak sanggup menangkalnya. Tanpa sadar, aku dihentikan oleh mobil yang tak pernah kusangka. “ Masuk…. Ra. Aku mau ngomong… “ ucap suara orang dari dalam mobil dan itu aku kenal. “ Ambar??? Aku sebenarnya ….. “
“ udahlah, masuk dulu bukannya lebih enak bicara di dalam mobil “, tegas Ambar.
Aku tak pernah menyangka bisa bertemu ambar lagi. But , Ambar sekarang udah berubah lebih cantik, modis, semakin dewasa lagi. Tapi, aku… aku hanya mampu membuat semuanya kacau tanpa bisa menetralkannya kembali. Ra… maafin aku yah, aku tau sebenarnya aku gak pantes duduk berdekatan seperti ini “, sesal ambar yang mengharukan jiwaku. “ Kamu ini ngomong apa sih, Am? Memangnya aku istimewa sampe segitunya, aku tetap seperti dulu nggak ada yang berubah “, ucapku yang tak mampu untuk menatapnya.
“ Itulah …. Ra, sikapmu yang seperti ini membuat Danan tak pernah lagi mau memandangku… dia pikir gak akan ada cewek seperti dirimu saat ini “, ucap Ambar tak semangat.
***
Semua terasa begitu cepat berjalan, aku terlalu cepat tuk tak memikirkan Danan, yang jelas bahwa aku juga sangat mengaguminya. Terlalu cepat juga buat Ambar untuk mendapatkan Danan. Dan terlalu cepat bagi Danan dalam segala hal yang sedang dihadapinya, dan mungkin hanya aku yang tahu penyebab semua ini.
***
“Eh, Ra kok kamu bengong gitu, hayo lagi melamun apa nih?”, suara Ambar membuyarkan lamunanku.
“Eng..enggak kok Am. Oya, gimana kabarmu dan Danan sekarang?”, tanyaku supaya Ambar tidak curiga dengan lamunanku sesaat tadi.
“Baik, sangat baik. Kami seperti orang biasa saja, makan, nonton udah. Dia jarang telepon dan sms, yah aku tahu sih dia emang gak pernah suka dengan cara begituan. Tapi sebagai cewek kebanyakan, aku juga pengen di perhatiin, dengan setidaknya 3 kali telepon gitu. Humf, tapi sekarang dia udah coba SMS aku ^^”, jelasnya dengan raut wajah sumringah.
Andai aku gak bicara macam-macam sama Danan, mungkin ini semua gak bakal terjadi. Dan mulai detik ini, detik dimana aku melihat senyum Ambar, aku akan berusaha untuk menetralkan kembali selisih pahamku dengan Danan, semoga itu akan membantu hubungan Ambar dan Danan.
***
Tok..tok..tok
“Siapa?”.
“Saya Rara, tante. Em…Danan ada?”, tanyaku tanpa basa-basi.
“Oh, Rara. Apa kabar? Kok lama sekali ya, gak main kesini. Danan gak ada teman tuh”, jelas tante Ima (ibu Danan) sambil membuka pintu.
“Maaf, tante. Saya banyak urusan jadi jarang kemari”, jelasku
“Tenang saja, dimaafkan kok. Danan ada ditaman belakang langsung masuk aja ya, Ra”.
**
Aku gak salah masuk nih, tiba-tiba aku udah ada dirumah Danan. Kenapa hatiku malah berdegup kencang seperti ini? Apakah ini yang dirasakan para penjahat saat masuk ruang persidangan? Atau saat pencuri ketangkap basah mencuri ayam tetangganya?.
“Tumben, gak salah masuk kamu kesini? Kayaknya rumahmu masih beberapa blok dari sini, apa saat ini kamu lagi bad mood?”, ucap Danan.
Apa??? Danan mengulang semua kata-kataku beberapa bulan lalu saat dia datang kerumah.
“Maksudmu apa Dan? Kalau loe gak suka, tinggal loe usir gue. Padahal gue datang dengan maksud baik, tapi apa sambutan dari loe”, tegasku gak mau kalah.
“Eh, yang bener aja yah, aku gak akan mau ngusir kamu, bikin reputasiku anjlok aja. Kamu punya kaki, kesini juga pakai kaki, harusnya keluar dari sini juga pakai tuh kaki kamu sendiri secara sadar”, bicara dengan kasarnya.
Aku gak punya kata-kata pemungkas tuk melawan Danan, mending aku pergi dari sini dan mencancel semua rencanaku.
“Tunggu…”, teriak Danan sambil menarik tangan kananku.
“Kenapa kamu gak pernah berubah, Ra?. Maaf aku gak bermaksud membuat kamu jadi bad mood gini”, terang Danan dengan lembutnya.
Aku gak nyangka, udah lama aku gak berhubungan dengan dia. Tapi sifatnya sama sekali nggak berubah, masih perhatian. Lalu kenapa Ambar malah canggung dengan laki-laki melankolis ini.
“Mau minum apa?’, tanya Danan sambil mempersilahkan aku duduk.
“Gak usah repot-repot, aku Cuma sebentar kok”.
“Gak boleh sebentar!!!”, perintahnya.
“Kenapa??”.
“Aku butuh kamu, Ra”.

Hasil jepretanku




Jumat, 22 April 2011

Kekurangan bukanlah fokus utama, kenapa harus dipermasalahkan?


Setiap orang mampu menjadi pengajar, apapun embel-embelnya. Tidak dengan pendidik, butuh orang yang berdedikasi, bermain dengan kreasi, namun harus mampu menjadikan anak didik dari ketidakmampuannya menjadi mampu, dari kemampuannya menjadi lebih mampu dan mampu memahami kemampuannya.
Seperti makan buah apel setengah busuk, jika ingin mendapatkan bagian yang masih segar, buang bagian yang busuk. Begitu pula dalam mendidik, setiap anak didik mempunyai kemampuan yang beragam. Butuh kerja keras untuk membuang ketidakmampuan dari anak didik dan hanya kemampuannya yang berpotensi saja yang harus dikembangkan. Dewasa ini, dalam mendidik tidak perlu adanya kekerasan, baik dalam tindakan maupun bertutur kata. Beberapa diantara kita mungkin sedikit sulit untuk mengeluarkan kata-kata pujian. Bahkan sebagian dari kita lebih mudah untuk memperolok daripada memuji. Tetapi ternyata ini pun terasa asing di dalam dunia pendidikan, sebagai calon pendidik, kita selayaknya mampu membawa peserta didik untuk lebih mengoptimalkan hasil belajar mereka, membuat keadaan mereka yang awalnya tidak bernilai menjadi bernilai. Bukan malah kebalikannya. Dunia pendidikan perlu adanya pendidik yang mampu memotivasi peserta didik untuk lebih berpandangan luas dalam belajar. Bukan membebani mereka dengan sikap kita yang semena-mena, ditambah dengan emosi yang kadang tidak terkontrol, meskipun kita adalah seorang pendidik.
Di setiap diri seorang anak terdapat sisi gelap dan sisi terang. Kita tidak perlu menilai mereka berdasarkan sisi gelapnya. Kita hanya perlu mencari sisi terangnya, dengan demikian hanya kebaikan yang akan muncul nantinya.
Dalam perkembangannya, guru yang baik bukan guru yang sangat pintar, bukan guru yang membanggakan nilai pelajaran saat masih sekolah dulu didepan anak didiknya, bukan guru yang tampan ataupun cantik, bukan guru killer, bukan guru yang selalu memberi tugas. Tetapi guru yang bisa merangkap menjadi teman, yang mampu memahami kepribadian anak didiknya, yang mampu merubah pola tingkah laku dan pemahaman anak didik dalam belajar. Disamping itu, anak didik kita perlu teman bicara, disaat ketidakmampuannya diuji dalam belajar, disaat ada masalah sehingga anak didik tidak konsen dalam belajar, disitulah kita ada untuk membantunya.
Tidak sulit untuk itu, setiap orang, khususnya para pendidik harus mempunyai kunci untuk berinteraksi dengan anak didik. Kuncinya yakni dengan fokus pada bakat yang dimiliki anak didik, bukan pada kekurangan mereka. Seperti halnya motivasi, pujian terhadap anak didik juga merupakan faktor penentu kesuksesan anak dimasa mendatang. Dengan memberi dukungan dan pujian, seperti “hasil ujian kalian bagus, ditingkatkan terus ya, semangat!!”, dengan kata-kata sesederhana itu, kita mampu membantu anak didik untuk melewati rintangan yang dirasa berat.
Pada dasarnya semua orang butuh pujian, termasuk anak didik kita nantinya, untuk sekedar memberi pujian kenapa kita sering ragu melakukannya? Cobalah memberikan banyak pujian, lihatlah sisi baik anak didik kita. Apakah itu sulit?.
Semua anak punya impian dan dari impian datang harapan, dengan impian ada kekuatan, impian menyinari hatimu, menerangi seluruh duniamu, membimbingmu kejalan yang benar, memberi keberanian untuk melangkah maju. Disinilah tugas pendidik yang sebenarnya yakni membuat harapan anak didik terhadap impian, bukan hanya sekedar harapan.
Pengakuan terhadap seseorang adalah sumber kekuatan. Keajaiban akan muncul dari sepatah kata yang sederhana, ekspresi atau ungkapan kasih sayang sekecil apapun. Kita tidak pernah tahu apa yang bisa kita ubah. dbell